H
|
adirnya teknologi komunikasi berupa telepon seluler atau Hand Phone (HP) yang semakin pesat dan
maju tidak dapat kita hindari. Tidak ada khalayak yang secara tegas menolak
hadirnya teknologi yang dipuja oleh berbagai kalangan tersebut. Berbagai upaya
dan cara yang kita lakukan untuk menolak hadirnya teknologi komunikasi tersebut
malah justru akan semakin membuat kita pusing. Secara tidak langsung memang
teknologi komunikasi membawa berbagai keuntungan bagi mereka penggunanya. Namun
dibalik keuntungan yang menggiurkan tersebut
ternyata terselip banyak kerugian yang menyebabkan dampak buruk bagi psikologis
dan kesehatan penggunaan teknologi komunikasi itu sendiri.
Perkembangan
jenis HP semakin hari semakin meningkat. Mulai dari fasilitas yang disediakan
sampai bentuknya. Perkembangan pesat dalam dunia sistem komunikasi kita
tentunya akan mengubah pola komunikasi yang terjadi di masyarakat selama ini.
Sebelum ada media massa, nyaris sistem komunikasi yang berkembang di Indonesia
masih memakai peralatan sederhana (media tradisional maupun tatap muka). Akan
tetapi lima tahun terakhir, Indonesia dihebohkan dengan pola komunikasi melalui
telepon seluler atau biasa disebut dengan Hand
Phone (HP). Bagi orang komunikasi, mereka menyebutnya dengan komunikasi seluler.
Komunikasi seluler hanyalah salah satu dari sekian banyak layanan
yang dimungkinkan karena adanya pengintregasian komunikasi dengan komputer. Di
Amerika Serikat, sistem-sistem pemutaran nomor telepon telah dikomputerisasi
sejak tahun 1960-an, namun hal ini tidak dipergunakan sampai perusahaan
telekomunikasi AT&T bubar dua dekade kemudian dan perusahaan-perusahaan
telepon mulai menerapkan cara baru dan berbeda dalam memutar nomor telepon, (Roger Fidler, Mediamorfosis, 19, 2003).
Teknologi seluler, yang tergantung pada banyak stasiun pemancar
dan penerima berkekuatan rendah dengan daerah-daerah layanannya yang tumpang
tindih atau disebut sel-sel, membuka pasar telepon mobil yang secara signifikan
menurunkan jumlah gelombang radio yang dibutuhkan untuk komunikasi tanpa kabel.
Dengan radio-telepon, pasar selalu dibatasi oleh kelangkaan frekuensi yang
dapat diberikan kepada para pelanggan. Karena dapat memakai frekuensi yang sama
secara berulang-ulang, sistem-sistem seluler mampu menyediakan akses
benar-benar kepada setiap orang, (Roger
Fidler, Mediamorfosis, 20, 2003).
Pandangan tersebut semakin mematahkan anggapan bahwa teknologi
komunikasi tidak begitu penting dan oleh karenanya kehadirannya tidak perlu dinantikan.
Sebaliknya teknologi komunikasi sangat penting dan dinantikan kehadirannya
setiap saat dan setiap waktu. Kepintaran, kecanggihan dan fasilitas yang
dimiliki oleh teknologi komunikasi menjadi tolok ukur seberapa besar fungsi dan
kebutuhan dari teknologi komunikasi itu bagi penggunanya tanpa
memikirkan dampak yang akan timbul dari pemakaian teknologi tersebut.
Secara nyata jelas terlihat bahwa teknologi komunikasi memberikan
keuntungan yang sangat besar bagi penggunanya terutama dalam hal berkomunikasi
(komunikasi tidak lagi rumit seperti dulu).
Berbagai keuntungan relatif yang dirasakan dari telepon seluler
tanpa kabel yang mengungguli telepon kabel dan telepon-radio kian bertambah
karena mobilitas dan efisiensinya yang lebih besar. Berbeda dengan yang
disambungkan pada jalur telepon disebuah gedung atau telepon standar yang bisa
dibawa, namun harus dilengkapi kotak baterai besar dengan pemancar dan penerima
gelombang radio, ponsel yang ringan dan tampak kompak dapat dibawa didalam saku
jaket atau dompet. Kebebasan untuk mengirim dan menerima panggilan telepon dari
mobil, restoran, sudut jalan, atau bahkan ketika mendaki gunung, dalam waktu
singkat dipandang sebagai kebutuhan mendasar dan dapat menghemat waktu yang
memang besar artinya bagi para pedagang dan orang-orang yang merasa perlu untuk
bisa dihubungi sewaktu-waktu. Telepon seluler menambah rasa nyaman dan aman, (Roger Fidler,
Mediamorfosis, 20, 2003).
Jika sudah begitu berbagai kekurangan yang kasat mata menjadi
semakin kabur dan tidak dipercaya oleh beberapa kalangan. Namun, mau tidak mau
para pengguna telepon seluler atau pengguna teknologi komunikasi harus membuka
mata lebar-lebar karena ternyata ada beberapa catatan tentang kerugian dalam sistem
komunikasi terutama kaitannya dengan penggunaan Hand Phone (HP)/telepon seluler yang memerlukan perhatian ekstra.
Meski begitu masih sedikit sekali orang yang menyadari
kerugian atau dampak negatif dari Hand
Phone/ telepon seluler dan mau berusaha untuk perlahan menanamkan cara atau
kiat mengurangi dampak yang dihasilkan dari penggunaan telepon seluler atau Hand Phone
(HP).
Komunikasi HP telah menurunkan minat baca masyarakat. Menurut data
majalah Komputer Aktif (no. 50/26
Maret 2003) berdasarkan survei Siemens
Mobile Lifestyle III menyebutkan bahwa 60 persen remaja usia 15-19 tahun
dan pacaremaja lebih senang mengirim dan membaca SMS daripada membaca buku, majalah
atau koran. Dalam hal ini komunikasi melalui HP seperti pengiriman SMS ternyata
berdampak buruk untuk menurunkan minat baca masyarakat. Ini bisa dikatakan pula
bahwa budaya baca yang sudah terancam dengan budaya dengar dan lihat diancam
lagi oleh budaya mengirim SMS. SMS dalam hal ini lebih berfungsi sebagai
hiburan saja. Bahkan menurut data Kompas
(4 April 2003) yang melakukan street
polling yang dilakukan pada 100 remaja SMU di Jakarta, Bogor, Bandung, dan
Semarang menunjukkan bahwa 51 persen mereka mengirim SMS 11-20 kali, 35 persen
2-10 kali dan 14 persen lebih dari 20 kali sehari. Meskipun data ini tidak bisa
digunakan untuk rujukan penelitian, tetapi fenomena itu jelas menjadi salah
satu potret dampak perkembangan komunikasi melalui HP. Bahkan, sebesar 73
persen mereka mengeluarkan biaya untuk membeli voucher perbulannya seitar 100-200 ribu, 9 persen antara 201-300
ribu dan 8 persen lebih dari 300 ribu perbulan. Ini artinya bahwa di samping
menurunkan minat baca, HP juga mengarahkan masyarakat untuk hidup konsumtif.
Bahkan menurut data dari penelitian “Survei Siemens Mobile Phone” 58 persen
orang ndonesia lebih memilih mengirim SMS daripada membaca buku, (Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia,
191-192, 2005).
Di atas adalah dampak dari segi sosial budaya masyarakat atas
penggunaan Hand Phone/ telepon
seluler. Lalu bagaimana dampak negatif dari penggunaan Hand Phone dilihat dari segi kejahatan psikologi seseorang maupun
kesehatan?. Apakah benar bahwa ternyata Hand
Phone/ telepon seluler membawa “petaka” bagi penggunanya?.
Dari segi kajahatan, dampak nyata yang negatif dan banyak terjadi
atas penggunaan Hand Phone/ telepon
seluler adalah bahwa ternyata komunikasi dengan HP dapat memunculkan praktik
bisnis illegal dan ironisnya HP juga dijadikan ajang penipuan untuk mengeruk
keuntungan dengan dalih menang dalam suatu undian di dunia maya. Banyak kasus
penipuan mengenai undian berhadiah yang dilayangkan melalui SMS serta praktik
bisnis illegal yang tujuannya mengeruk keuntungan dari si korban dengan cara
mentransfer sejumlah uang ke rekening pelaku. Tidak berhenti di situ saja.
Penyalahgunaan fasilitas dari HP juga membawa dampak buruk bagi kaum remaja
Indonesia. Melalui Hand Phone aksi
pornografi semakin merajai benak kaum remaja Indonesia. Merekam aksi porno,
mengambil atau dengan sengaja memotret gambar porno untuk kemudian disebarkan
ke HP lain adalah fenomena yang marak terjadi di kalangan remaja bahkan
anak-anak.
Secara psikologis kerugian yang diakibatkan dari penggunaan
telepon seluler atau HP adalah manusia menjadi malas untuk bersosialisasi
dengan teman dan lingkungan sekitar. Dengan fasilitas yang dimiliki oleh HP,
maka di zaman yang serba canggih dan modern ini segalanya bisa dilakukan dengan
duduk di tempat tanpa perlu beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan
aktivitas seseorang. Mulai dari mengisi pulsa, transfer uang, memesan tiket,
belanja, hingga memesan makanan dapat dilakukan tanpa beranjak dari tempat
sedikitpun. Asyik memang, tapi dimana rasa sosial dan peduli kita terhadap
orang lain?. Secara global dapat dikatakan “jika
bisa di rumah atau di kantor tanpa harus mengelurkan tenaga kenapa harus capek
menyetir ke restoran untuk mengisi
perut dengan sepiring nasi?”. Hal inilah yang membuat manusia makin malas
dan enggan untuk bersosialisasi. Padahal sebagai mahluk sosial bukankah kita
harus bersosialisasi dengan sesama?. Hal itu agaknya tidak berlaku bagi kaum
pemakai teknologi komunikasi seluler.
Dampak atas penggunaan telepon seluler dari segi kesehatan juga
tak kalah mengerikan. Berbagai penyakit serta kemungkinan terburuk hadir dalam
tubuh manusia melengkapi kerugian atas penggunaan Hand Phone/ telepon seluler bagi penggunanya.
Penelitian di Amerika membuktikan bahwa kaum pria yang membawa HP
di saku celana dapat menurunkan 70 persen produktivits sperma dan lebih parah
lagi sperma yang dihasilkan tidak akan dapat membuahi sama sekali alias mandul
karena telah rusak akibat radiasi yang dipancarkan oleh HP yang ditaruh di saku
celana, (www.kompas.com).
HP mengubah suara menjadi gelombang elektromagnetik seperti halnya
radio. Kuatnya pancaran gelombang dan letak HP yang menempel di kepala akan
mengubah sel-sel otak hingga berkembang abnormal dan potensial menjadi sel
kanker. Jadi, efek radiasi HP sedemikian berbahaya jika sering digunakan.
Sebuah penelitian di Finlandia membuktkan bahwa radiasi elektromagnetik serupa
ponsel selama satu jam dapat mempengaruhi produksi sel, (Kompas,23 Oktober 2002 dalam Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia,
197, 2005).
Berbagai dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan telepon seluler
memang sangat kompleks dan sedikit sekali yang menyadari akan hal tersebut. Ada
yang mempercayai, ada yang tidak percaya bahkan ada juga yang acuh tak acuh
meskipun sudah mengetahui dampak negatif telepon seluler.
Apapun dampak negatif dan positif ponsel di Indonesia yang jelas
ponsel adalah peralatan yang relatif modern digunakan. Ponsel telah mengubah
berbagai sistem komunikasi yang dijalankan di Indonesia. Artinya, ponsel telah
membawa revolusi perubahan sistem komunikasi di Indonesia diakui atau tidak, (Sistem Komunikasi Indonesia, Nurudin, 198,
2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar